Oleh: Mahdi Hairi Yazdi
Dalam filsafat linguistik modern, sebuah upaya penting
telah dilakukan untuk membedakan metabahasa (metalanguage) dari bahasa
obyek (obyek language). Misalnya, jika saya menulis sebuah buku dalam
bahasa Inggris tentan gramatika bahasa Jerman, maka bahasa Inggris
menjadi metabahasa dan bahasa Jerman menjadi bahasa obyek yang
dibicarakan dalam bahasa Inggris.
Dalam hal ini, bahasa Inggris, yang berfungsi sebagai
metabahasa, mengambil bahasa Jerman sebagai obyek. Metabahasa akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang obyeknya, dan kemudian
berupaya untuk menjawabnya secara sistematis. Dalam kenyataannya,
bahasa Jerman hanya akan menjadi bahasa obyek jika ada suatu metabahasa
yang mengambil bahasa Jerman sebagai obyek perbincangan. Jika saya
menulis sebuah buku tentang tata bahasa Inggris dengan menggunakan
bahasa Inggris, maka bahasa Inggris menjadi metabahasa sekaligus bahasa
obyek. Tentu saja, ini bisa hanya jika bahasa obyek tersebut memiliki
sarana ungkapan yang cukup kaya untuk berbicara tentang dirinya
sendiri. Continue reading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar