Oleh: Mohammad Adlany

Dalam
pandangan irfan, manusia pesuluk adalah manusia yang dengan menapaki
jalan-jalan spiritual ia kembali ke tempat asalnya, menyirnakan
jaraknya dengan Dzat Tuhan, dan meniadakan dirinya sendiri dengan
kedekatan kepada-nya (fana dalam asma dan sifat Tuhan) serta
mengabadikan dirinya dengan kebersamaan dengan-Nya (baqa dengan
dzat-Nya). Allah Swt berfirman, “
Hai manusia, sesungguhnya kamu
menuju kepada Tuhan-mu dengan kerja dan usaha yang sungguh-sungguh,
maka kamu pasti akan menjumpai-Nya.” (Qs. Insyiqaq: 6)
Oleh karena itu, sair suluk irfani bersifat senantiasa
bergerak dan tidak konstan. Gerak dan perjalanan ini memiliki awal dan
akhir, derajat dan tingkatannya yang harus dilewati dan ditapaki.
Adalah sangat mungkin menggapai “hakikat” kesempurnaan manusia dan
maqam kedekatan kepada Tuhan dengan melewati “tharikat” yang merupakan
batin “syariat”. Dari dimensi ini, kita akan menemui kata-kata seperti
“syariat”, “tharikat”, dan “hakikat” dalam ungkapan-ungkapan para
urafa.
Continue reading →
Tidak ada komentar:
Posting Komentar